Gambar Masa Penjajahan

Dampak di Bidang Politik

Pada saat awal pendudukan, Jepang berupaya untuk menghapus pengaruh barat di Indonesia dan mengumpulkan dukungan dari rakyat Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menghapuskan penggunaan bahasa Belanda.

Selain itu, Jepang juga melakukan beberapa kebijakan politik, di antaranya adalah sebagai berikut:

Jepang membagi wilayah Indonesia menjadi dua bagian yaitu bagian yang dikuasai oleh angkatan darat (Rikugun) yang menguasai Sumatera dan Malaya dan bagian yang dikuasai oleh angkatan laut (Kaigun) yang menguasai Jawa, Madura, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Papua.

Ketika Jepang menguasai Indonesia, Jepang melakukan reorganisasi administrasi dengan mengubah struktur pemerintahan sesuai dengan kaidah Jepang.

Jepang mengganti daerah karesidenan menjadi Syu, kabupaten menjadi Ken, kota praja menjadi Syi, kawedanan menjadi Gun, kecamatan menjadi So, desa menjadi Ku, dan RT dan RW menjadi Tonarigumi. Tujuan dari perubahan ini adalah untuk memata-matai penduduk yang anti Jepang.

Dalam upayanya untuk menguasai Indonesia, Jepang melakukan berbagai propaganda. Mereka mengaku sebagai “saudara tua” dan meluncurkan gerakan 3A untuk mendapat dukungan dari masyarakat Indonesia. Selain itu, Jepang juga membentuk beberapa organisasi propaganda yang dipimpin oleh tokoh-tokoh penting di Indonesia. Tujuannya adalah untuk membuat rakyat Indonesia mendukung Jepang.

Beberapa organisasi propaganda yang dibentuk oleh Jepang antara lain Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) yang dipimpin oleh Bung Karno dan Bung Hatta, Badan Pertimbangan Pusat (CHUO SANGI IN) yang dipimpin oleh Bung Karno, Himpunan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai) yang dipimpin oleh Gunseikan dan Soekarno sebagai penasihat utama.

Setiap tanggal 30 Oktober, seluruh Insan Kementerian Keuangan memperingati Hari Oeang Republik Indonesia atau HORI. Buku ORIDA: Oeang Republik Indonesia Daerah 1947 – 1949 cocok untuk dijadikan sebagai referensi dalam mengetahui sejarah uang Indonesia.

Awal Mula Pelayaran yang Dilakukan Spanyol untuk Mencapai Indonesia

Sumber: Idsejarah.net

Spanyol merupakan salah satu negara Eropa yang pernah datang ke Indonesia untuk melakukan penjajahan, menguasai rempah-rempah, dan menduduki wilayah Nusantara. Ekspedisi yang dilakukan oleh kerajaan Spanyol ini didukung oleh pemerintahannya untuk menemukan sumber rempah-rempah baru.

Ekspedisi tersebut guna menyaingi Portugis yang juga memiliki ambisi untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah yang baru. Sehingga, tak heran jika tujuan dari kedatangan bangsa Spanyol ini pun hampir sama dengan bangsa Portugis.

Maka, untuk mendukung ambisi tersebut, Spanyol pun melakukan beberapa ekspedisi pelayaran untuk mencapai Indonesia. Pelayaran tersebut pun dilakukan oleh dua penjelajah berbeda, yakni Christopher Columbus dan Ferdinan Magelhaens. Berikut penjelasan lebih lengkapnya.

Bentuk Propaganda Jepang di Indonesia

Setelah Jepang secara resmi mengendalikan Indonesia pada tanggal 8 Maret 1942, mereka mulai menyusun pemerintahan untuk menjamin pendudukannya di sana. Selain itu, Jepang juga melakukan berbagai aksi propaganda untuk menarik simpati dari rakyat Indonesia.

Salah satu propaganda yang dilakukan oleh Jepang adalah membentuk Gerakan 3A yaitu Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia. Menurut Abdul Salam dalam buku Menudju Kemerdekaan (1964), gerakan ini dibuat oleh Jepang untuk membantu upaya perang mereka melawan Sekutu dalam Perang Dunia Kedua.

Selain Gerakan 3A, pemerintah militer Jepang juga menyebarkan berbagai propaganda lainnya dan membentuk berbagai organisasi yang melibatkan orang-orang Indonesia, seperti Pembela Tanah Air (PETA), Heiho, Seinendan, Keibodan, Barisan Pelopor, dan masih banyak lagi.

Selama masa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia mengalami banyak kesengsaraan dan kerugian. Jepang mengeksploitasi sumber daya alam dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang kejam seperti kerja paksa Romusha dan Jugun Ianfu.

Selama 4,5 tahun, kehidupan masyarakat Indonesia dan sumber daya alam di Indonesia dikuras demi kepentingan perang Jepang. Namun, pada akhirnya, Jepang mengalami kekalahan dan menyerah kepada Sekutu, yang memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Demikianlah pembahasan mengenai masa penjajahan Jepang di Indonesia, latar belakang masuknya Jepang, dampak yang disebabkan oleh Jepang pada rakyat Indonesia dan macam-macam propaganda yang dibentuk oleh Jepang demi memenangkan hati masyarakat Indonesia.

Pelajari lebih lanjut tentang sejarah Indonesia, mulai dari masa penjajahan hingga kemerdekaan dengan membaca buku sejarah Indonesia. Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com selalu menyediakan berbagai macam buku berkualitas dan tentu saja dijamin original untuk Grameds. Jadi jangan ragu untuk membeli buku dari penulis favorit Grameds di gramedia.com!

Membaca banyak buku dan artikel tidak akan pernah merugikan kalian, karena Grameds akan mendapatkan informasi dan pengetahuan #LebihDenganMembaca.

Masa Penjajahan Jepang – Masa pendudukan Jepang di wilayah Nusantara (saat itu masih dikenal dengan nama Hindia Belanda) dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh Soekarno dan M. Hatta.

Pada bulan Mei 1940, saat awal Perang Dunia II, Belanda dikuasai oleh Jerman Nazi. Indonesia mengumumkan  keadaan siaga serta mengalihkan ekspor untuk Kekaisaran Jepang ke Amerika Serikat serta Inggris.

Negosiasi untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat dengan Jepang gagal pada bulan Juni 1941 dan Jepang mulai menaklukkan hampir seluruh wilayah Asia Tenggara pada bulan Desember tahun itu.

Pada bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan dari Jepang untuk melakukan revolusi terhadap pemerintah Belanda. Sementara itu, pasukan Belanda terakhir yang dikalahkan oleh Jepang adalah pada Maret 1942. Masa penjajahan Jepang di Indonesia pun dimulai. Bagaimana permulaan dan sejarahnya?

Tujuan dari Kedatangan Spanyol di Indonesia

Penjajahan Spanyol di Indonesia pertama kali dimulai pada 8 November 1521 ketika Spanyol berhasil menginjakkan kakinya di tanah Tidore. Dipimpin oleh Kapten del Cano, kedatangan dari Spanyol ini pun memiliki tujuannya tersendiri. Mereka berkeinginan untuk mewujudkan semangat mimpi 3G, yakni gold, glory, gospel. Pengertian dari 3G tersebut adalah sebagai berikut:

Gold adalah semangat yang dimiliki bangsa Spanyol untuk mencari emas atau kekayaan. Mereka juga mewujudkan mimpi ini dengan melakukan perdagangan rempah-rempah yang merupakan komoditas utama dan memiliki harga yang tinggi.

Glory adalah semangat guna mengharumkan nama, kekuasaan, dan kejayaan dari daerah jajahannya. Oleh karena itu, mereka juga berkeinginan untuk menguasai dan menduduki wilayah yang pernah disinggahi.

Gospel adalah semangat untuk menyebarkan agama Katolik sebagai tugas suci dari agama mereka. Sehingga tak heran jika mereka juga menyebarkan kepercayaan mereka pada setiap daerah-daerah yang disinggahinya.

Masa Hindia Belanda di Bawah Pemerintahan Belanda-Prancis (1800-1811)

Setelah VOC dibubarkan pada 1799, tanggung jawabnya diambil alih oleh Hindia Belanda (Nederlands Indies), yaitu wilayah pemerintahan jajahan di bawah Kerajaaan Belanda. Pengambilan kekuasaan ini bertujuan agar wilayah Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda. Pemerintahan Belanda hanya bertahan sampai 1806, saat itu Belanda yang menggantikan VOC harus menanggung hutang-hutang VOC.

Nusantara pada saat ini dikenal dengan nama Hindia Belanda (Nederlandsch–Indische), karena wilayah Indonesia pada masa tersebut langsung diperintah oleh Belanda. Pada masa ini masih berdiri kerajaan-kerajaan daerah yang memiliki kedaulatannya masing-masing, walaupun beberapa kerajaan daerah sudah dikontrol atau dikuasai oleh Belanda.

Pada tahun 1792–1802 terjadi perang Revolusi Prancis di Eropa. Belanda turut mengalami peperangan melawan Prancis. Akhirnya pada tahun 1806, Prancis menguasai pemerintahan Belanda yang ada di Eropa. Pemerintahan Hindia Belanda diambil alih oleh Perancis pada tahun 1808. Dengan demikian, secara tidak langsung Indonesia pernah dikuasai oleh Prancis.

Herman Willem Daendels diutus oleh Lodewijk (Louis) Napoleon untuk menjadi Gubernur yang menjabat di Batavia dengan tugas utama yaitu mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Tuntutan pemerintahan Belanda kepada Daendels hanyalah pada sektor pertahanan dan ketentaraan.

Untuk menambah kekuatan militernya, Daendels melatih orang-orang pribumi Nusantara menjadi tentaranya, sebab tidak mungkin Daendels merekrut orang – orang dari negara Belanda yang kemudian didatangkan ke Hindia Belanda.Daendels membuat sistem kerja paksa atau kerja rodi.

Kegiatan memperkuat militer Prancis juga sejalan dengan pembangunan pos jaga atau benteng-benteng, pabrik mesiu dan juga rumah sakit tentara. Selain itu, guna mempertahankan pemerintahan di pulau Jawa, Daendels mendirikan jalan Grote Postweg (Jalan Raya Pos) atau sekarang dikenal dengan Pantura dari Anyer, Jawa Barat hingga Panarukan, Jawa Timur.

Pembangunan jalan Jalan Raya Pos menggunakan sistem kerja paksa atau kerja rodi yang dilakukan rakyat pribumi secara paksa dan tanpa upah. Keberhasilan pembangunan jalan pos ini merupakan pencapaian yang gemilang oleh pemerintahan  Daendels, namun disisi lain bagi orang-orang Indonesia setiap jengkal jalan pantura merupakan rintihan jiwa orang yang mati dari pribumi yang dipekerjakan secara paksa.

Setelah pembuatan Jalan Raya Pos selesai, Daendels memerintahkan untuk membuat perahu – perahu kecil dan kemudian membuat pelabuhan – pelabuhan untuk tempat bersandarnya kapal perang, rencana pembuatan pelabuhan ini akan dibangun di daerah Banten Selatan. Pembangunan pelabuhan juga memakan korban jiwa yang tidak sedikit bagi warga Banten yang diakibatkan dari penyakit malaria yang menyerang para pekerja paksa.

Akhirnya pembangunan pelabuhan tidak terselesaikan. Meskipun demikian, Daendels bersikeras untuk tetap menyelesaikan pembangunan pelabuhan dan di sisi lain Sultan Banten menentangnya. Daendels menganggap jiwa para pekerja paksa orang-orang Banten tidak ada harganya, sehingga mangakibatkan pecahnya perang antara pemerintahan Daendels melawan Kerajaan Banten.

Pada 1810, Kerajaan Belanda di bawah pemerintahan Louis Napoleon dihapuskan oleh Napoleon menjadi kekuasaan Perancis. Otomatis Indonesia berganti dari pemerintahan Belanda beralih ke pemerintahan Prancis. Akibat tindakannya yang otoriter, pada 1811 Daendels di panggil kembali oleh Napoleon untuk kembali ke Eropa dan digantikan Gubernur Jansens.

Berikut ini adalah kebijakan – kebijakan yang dilakukan Daendels selama Dendels menjabat di Indonesia terutama di pulau Jawa.

1.  Bidang Pertahanan dan Keamanan Daendels membangun benteng pertahanan, membangun Grote Postweg dari Anyer hingga Panarukan dan pangkalan angkatan laut di Anyer dan Ujung Kulon. Ia juga mengangkat pribumi sebagai tentara Daendels.

2.  Bidang Pemerintahan Daendels membatasi kekuasaan raja-raja di Jawa. Ia membagi Jawa menjadi 9 daerah prefektur yang masing-masing prefektur dipimpin oleh seorang gubernur. Bupati sebagai penguasa diubah menjadi pegawai pemerintahan yang kemudian digaji. Wilayah Kerajaan Banten dan Cirebon dihapuskan dan dinyatakan sebagai wilayah pemerintahan kolonial.

3.  Bidang Sosial dan Ekonomi Daendels memaksakan perjanjian kepada penguasa Surakarta dan Yogyakarta untuk melebur ke dalam pemerintahan kolonial, meningkatan pemasukan dari pajak, meningkatkan kegiatan penanaman paksa dan penyerahan wajib hasil bumi, serta melakukan penjualan tanah kepada pihak swasta

Daendels juga memberantas sistem tuan tanah (feodal) yang sebelumnya digunakan oleh VOC. Selain itu Daendels juga membatasi hak-hak bupati terutama dalam hal penguasaan tanag serta pemakaian tenaga rakyat. Pemerintahan Daendels dianggap sebagai pemerintahan bertangan besi atau otoriter. Ia menerapkan disiplin, kerja keras dan kejam. Bagi yang membangkang, Daendels tidak segan untuk memberi hukuman. Hal ini dapat dilihat ketika pembangunan jalan pantura yaitu dengan menerpakan kerja paksa tanpa upah atau makanan sehingga sebagian melarikan diri akan ditangkap dan sisiksa.

Selanjutnya Daendels digantikan oleh Jan Willem Jansenn. Pemerintahan Jansen tidak berlangsung lama yaitu hanya dari 15 Mei 1811 sampai 18 September 1811 yang kemudian menyerah kepada Raffles (Inggris) yang tertuang dalam Kapitulasi Tuntang. Isi Kapitulasi Tuntang di antaranya :

Masa Pemerintahan Kerajaan Inggris (1811-1816)

Inggris menyerbu Pulau Jawa pada tahun 1811, Belanda menyerahkan Hindia Belanda kepada Inggris melalui Kapitulasi Tuntang. Isi perjanjian tersebut adalah sebagai berikut.

Pada masa ini, Indonesia diperintah oleh Thomas Stamford Raffles, sebagai wakil gubernur jenderal yang berkedudukan di Kakuta, India. Namun, dalam pelaksanaannya Raffles berkuasa penuh di Indonesia sehingga Raffles sering dianggap juga sebagai gubernur jenderal di Indonesia yang pada waktu itu dinamakan British East Hindia (Hindia Timur Inggris).

Pada awalnya, pemerintahan Raffles di Indonesia cenderung mendapat tanggapan positif dari para raja dan rakyat Indonesia karena hal berikut ini.

Berikut ini kebijakan-kebijakan selama pemerintahan Inggris di bawah Raffless.

1.  Bidang Pemerintahan Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan. Setiap karesidenan dipimpin oleh seorang residen.Raffles mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak barat. Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya sebagai kepala pribumi secara turun-temurun. Mereka dijadikan pegawai pemerintah kolonial Inggris.

2.  Bidang Perekonomian Raffles menerapkan sistem sewa tanah yang disebut Landrent. Sistem tersebut memiliki ketentuan, antara lain:

Sistem landrent ini diberlakukan terhadap daerah-daerah di Pulau Jawa, kecuali daerah-daerah sekitar Batavia dan Parahyangan. Hal itu disebabkan daerah-daerah Batavia pada umumnya telah menjadi milik swasta dan daerah-daerah sekitar Parahyangan merupakan daerah wajib tanam kopi yang memberikan keuntungan yang besar kepada pemerintah. Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala.

Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedangkan pemerintah hanya berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan.

Selain itu Raffless juga menghapus pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (Verplichte Leverantie) karena dianggap terlalu berat dan dapat mengurangi daya beli rakyat.

3.  Bidang Hukum Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripada yang dilaksanakan oleh Daendels. Penerapan hukum tidak membedakan warna kulit (ras) tetapi lebih berorientasi pada besar-kecilnya kesalahan.

4.  Bidang Sosial Perintahan Raffless menghapuskan kerja rodi (kerja paksa) yang dibuat oleh Daendels. Ia juga menghapuskan perbudakan, walupun dalam praktiknya Raffless melanggar kebijakannya tersebut.

5.  Bidang Ilmu Pengetahuan Masa pemerintahan Raffles di Indonesia memberikan cukup banyak peninggalan yang berguna bagi ilmu pengetahuan, antara lain penulisan buku berjudul History of Java, aktif dalam mendukung  perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, ditemukannya Borobudur dan bunga bangkai yang akhirnya diberi nama Rafflesia Arnoldi, serta dirintisnya Kebun Raya Bogor

Berakhirnya pemerintah Inggris di Indonesia ditandai dengan adanya Convention of London (Konvensi London) pada tahun 1814. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh wakil-wakil dari Belanda dan Inggris. Isi dari Konvensi London adaalah pengembalian Indonesia kepada Belanda (kecuali Bengkulu), serta tukar menukar beberapa wilayah jajahan antara Inggris dan Belanda.

Setelah Konvensi London tersebut, Raffles digantikan John Fendall, dalam waktu yang singkat. Namun, Raffles masih menguasai wilayah di Bengkulu, Bangka dan Belitung. Karena pemerintahan Raffles berada di antara dua masa penjajahan Belanda, pemerintahan Inggris itu disebut sebagai masa interregnum (masa sisipan). Akhirnya Inggris benar-benar meninggalkan Indonesia pada tahun 1816.

Masa Kekuasaan VOC (1602-1799)

Banyak pedagang dari beberapa negara Eropa bersaing untuk menguasai perdagangan di Nusantara, termasuk Belanda. Persaingan juga terjadi di antar perusahaan dagang orang-orang Belanda. Hal itulah yang menjadi perhatian pemerintah dan parlemen Belanda, sebab persaingan itu tentu juga akan merugikan pemerintahan Belanda sendiri.

Guna menyaingi Inggris yang membentuk EIC (East India Company), pada tanggal 20 Maret 1602, Belanda membentuk kongsi (persatuan) dagang VOC. Persekutuan dagang VOC tersebut merupakan hasil penyatuan atau merger dari beberapa serikat dagang yang ada di Belanda. Serikat dagang VOC ini merupakan singkatan dari Verenigde Oost-Indische Compagnie. Dalam bahasa Indonesia VOC disebut Persekutuan Dagang Hindia-Timur. VOC pertama kali berpusat di Ambon.

Tujuan dibentuknya VOC ini antara lain untuk:

Beberapa catatan penting selama kekuasaan VOC.

VOC merupakan organisasi yang mengurusi masalah perdagangan Belanda di Hindia Timur (Indonesia). Meskipun demikian, VOC bertindak seperti sebuah negara. Dalam menjalankan tugasnya VOC mendapat wewenang istimewa dari pemerintah Belanda berupa hak oktroi. Hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (piagam/charter) tanggal 20 Maret 1602 meliputi:

Keberhasilan VOC berhasil mengusir Portugis di Maluku pada tahun 1605 mendorong VOC untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Maluku. Dalam mencapai tujuan tersebut VOC menetapkan kebijakan sebagai berikut.

Karena kekuasaanya yang semakin besar, kerajaan Belanda mengangkat seorang gubernur jendral untuk memimpin VOC. Gubernur jendral yang pernah menjabat VOC adalah Pieter Both (1610-1614) dan Jan Pieterzoon Coen (1619-1623).

Pada awalnya rakyat dan penguasa daerah bersikap baik kepada VOC. Sikap baik rakyat dan para penguasa itulah yang dimanfaatkan oleh VOC untuk semakin berkuasa di Nusantara. Namun, serjalannya waktu orang-orang Belanda mulai menampakkan sikap congkak, dan sombong. Hal itulah yang memunculkan kebencian rakyat dan para penguasa lokal.

Pada masa Gubernur Jenderal Laurens Reael, Jayakarta berhasil direbut oleh pasukan Kesultanan Banten yang dibantu tentara Inggris di bawah Laksamana Thomas Dale. VOC terusir dari Jayakarta pada tahun 1618 dan kemudian berpindah ke Maluku. Jayakarta kembali dapat dikendalikan oleh Kesultanan Banten.

Laurens Reael kemudian digantikan oleh Jan Pieterzoon Coen pada tahun 1619. J.P. Coen kembali menyerang kembali Jayakarta. Jayakarta dapat diduduki VOC. Kemudian, Kota Jayakarta hancurkan oleh J.P. Coen pada tanggal 30 Mei 1619. Kota Jayakarta kemudian itu diberi nama Batavia.

Pada masanya, J.P. Coen juga dikenal sebagai gubernur yang sangat memaksakan berlakunya monopoli. J.P. Coen tiba di Batavia dan diangkat kembali sebagai Gubernur Jenderal untuk jabatan yang kedua kalinya pada tahun 1627. Serangan tentara Mataram di bawah Sultan Agung ke Batavia terjadi pada masa jabatan yang kedua ini.

VOC banyak melakukan campur tangan politik pada kerajaan-kerajaan daerah di Nusantara. Selain itu, VOC juga melakukan politik devide et impera (politik adu domba) untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan di Nusantara.

Pada tahun 1641, VOC berhasil mengalahkan Portugis di Malaka. Belanda kemudia menggantikan posisi Portugis di Malaka. Kekuasaan VOC berlanjut, setelah VOC berhasil memaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Perjanjian tersebut menegaskan kekuasaan VOC di Makassar.

Masa Akhir VOC Pada abad 17 dan 18, VOC berhasil menguasai sebagaian besar wilayah Jawa dan pelabuhan-pelabuhan penting di Indonesia Timur seperti Makassar dan Maluku, hal tersebut menandai kejayaan VOC.

Memasuki tahun 1673, VOC mulai mengalami kemunduran. Beberapa faktornya antara lain :

Melihat kondisi tersebut pemerintah Kerajaan Belanda mengambil alih saham dan daerah kekuasaan VOC. Tindakan tersebut dilakukan guna untuk menutup utang VOC terhadap pemerintah Belanda. Pada akhirnya, VOC resmi dibubarkan oleh pemerintah Belanda pada tanggal 31 Desember 1799. Selanjutnya, Nusantara diperintah langsung oleh pemerintah Belanda.

Dampak Masa Penjajahan Jepang di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, sehingga beberapa negara seperti Belanda dan Jepang datang untuk mengeksploitasi sumber daya tersebut. Setelah penjajahan, negara yang pernah menjajah mengaku sebagai saudara dengan orang Indonesia. Misalnya Jepang yang menyebut diri sebagai saudara tua Indonesia (Hakko Ichiu).

Pada 11 Januari 1942, Jepang pertama kali datang ke Indonesia dan memilih Tarakan, Kalimantan Timur sebagai wilayah pertama yang dituju. Hal ini dikarenakan Jepang sangat membutuhkan suplai bahan bakar minyak setelah hubungannya dengan Amerika Serikat terputus dan mencari wilayah yang memiliki sumber bahan bakar minyak, salah satunya Indonesia.

Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur yang pada saat itu dikuasai oleh Belanda. Pada awalnya, kedatangan Jepang ini disambut baik oleh rakyat Indonesia karena Jepang mengaku sebagai saudara tua dan menjanjikan untuk mengusir sekutu.

Rakyat Indonesia pun percaya dengan gerakan 3A (Jepang cahaya Asia, Jepang pemimpin Asia, dan Jepang pelindung Asia) yang diharapkan akan menjadi titik awal untuk melepaskan diri dari penjajahan.

Namun, kenyataannya sangat berbeda dari harapan. Gerakan 3A merupakan strategi Jepang untuk menguasai Indonesia dan melakukan eksploitasi sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Selama 3,5 tahun, Jepang berhasil menguasai Indonesia dan meninggalkan sejarah yang kelam karena kekejaman yang dilakukan.

Rakyat Indonesia mengalami penderitaan selama pendudukan Jepang, seperti siksaan fisik, pendetensian tanpa alasan yang jelas, perbudakan seks, kerja paksa yang tidak manusiawi, dan banyak kerugian lainnya.

Karena masa penjajahan Jepang di Indonesia selama 3,5 tahun lamanya meninggalkan beberapa dampak mulai dari bidang ekonomi, sosial hingga politik. Berikut penjelasannya.

Dampak di Bidang Sosial

Dalam bidang sosial, Jepang mengeluarkan beberapa kebijakan yang memberikan dampak pada kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia. Dampak di bidang sosial yang disebabkan oleh Jepang antara lain adalah sebagai berikut:

Selama masa pendudukan Jepang, kebudayaan Barat dilarang masuk ke Indonesia. Salah satunya adalah penggunaan bahasa Belanda yang dilarang digunakan.

Untuk memenangkan simpati dari masyarakat Indonesia, Jepang membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi dalam pendidikan. Selain itu, sistem pendidikan yang diterapkan oleh Belanda juga dihapuskan dan diganti dengan sistem pendidikan Jepang yang bercirikan militerisme.

Jadi, selama masa pendudukan, siswa harus menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, meletakkan bendera Jepang dan hormat kepada Kaisar Jepang.

Masa Pendudukan Jepang merupakan masa yang sangat kelam bagi rakyat Indonesia. Selain melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam, Jepang juga melakukan eksploitasi terhadap rakyat Indonesia dengan kebijakan Romusha dan Jugun Ianfu.

Para laki-laki dipaksa untuk melakukan kerja paksa tanpa imbalan yang berakibat banyak meninggal karena kelelahan. Sementara itu, para perempuan dipekerjakan sebagai perempuan penghibur (Jugun Ianfu) dan dipaksa untuk memuaskan nafsu para tentara Jepang.

Mengupas sejarah Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia sejak 1828, saat masih berstatus sebagai bank sirkulasi milik pemerintah kolonial Belanda dengan nama De Javasche Bank, yang kemudian dinasionalisasi dan diubah dengan nama Bank Indonesia.

Ketahui lebih jauh lagi seputar Bank Indonesia melalui buku Dari De Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia, Fragmen Sejarah Bank Sentral di Indonesia

Penyebab Spanyol Singgah di Indonesia

Penjajahan Spanyol di Indonesia bukan terjadi tanpa sebab. Pada sekitar abad ke-15 Masehi, bangsa Eropa sudah mulai berlomba dalam hal pelayaran untuk menemukan sebuah dunia yang baru. Tujuan utama dari pelayaran mencari daratan atau daerah yang baru itu adalah untuk menemukan wilayah yang menghasilkan rempah-rempah.

Di Eropa rempah-rempah adalah komoditas utama yang memiliki nilai yang tinggi. Terlebih fungsi utama rempah-rempah tersebut adalah sebagai bahan untuk mengawetkan makanan. Pasalnya, pengawetan makanan menjadi penting untuk masyarakat Eropa guna mencegah kelaparan yang mungkin akan terjadi saat musim dingin berlangsung.

Penjelajahan dan ekspedisi yang dilakukan oleh orang Eropa termasuk Spanyol ini setidaknya disebabkan oleh 2 peristiwa politik yang penting. Peristiwa tersebut adalah kekalahan kerajaan Katolik saat Perang Salib dan jatuhnya Konstantinopel kepada kekaisaran Turki Usmani.

Saat terjadi Perang Salib, jalur perdagangan antara Eropa dan Asia juga menjadi berantakan karena perang yang terjadi di perbatasan dua benua tersebut. Selain itu, keadaan ekonomi Eropa pun terpuruk karena adanya perang tersebut. Kas kerajaan Eropa menjadi menyusut karena besarnya biaya perang yang harus dikeluarkan.

Dua abad setelah perang itu selesai, kota Konstantinopel (sekarang menjadi Istanbul) jatuh ke tangan imperium Turki Usmani Ottoman. Hal ini pun tentu saja menjadi kabar yang buruk bagi kerajaan-kerajaan Eropa. Sebab, kota Konstantinopel tersebut menjadi titik penting dalam rute perdagangan antar benua Eropa dan Asia.

Jatuhnya kota Konstantinopel ini menjadi salah satu faktor utama dari terjadinya pelayaran bangsa Eropa ke benua lain termasuk Asia dan Indonesia. Pasalnya, semenjak Konstantinopel dikuasai oleh Turki Usmani, masyarakat Eropa menjadi kesulitan untuk mencari jalan atau akses perdagangan ke Asia. Kaisar Turki Usmani, Sultan Muhammad II, juga melarang pedagang Eropa untuk masuk ke kota Konstantinopel.

Padahal kota tersebut menjadi pintu masuk utama perdagangan Eropa dengan orang Asia, khususnya para pedagang rempah-rempah. Hal itulah yang menyebabkan Eropa mengerahkan pelautnya untuk berlayar dan mencari jalur perdagangan baru sekaligus menemukan daerah penghasil rempah-rempah.

Dari negara-negara Eropa tersebut, Spanyol dan Portugis menjadi salah satu negara yang sangat aktif dalam merintis pelayaran dan melakukan ekspedisi dalam menemukan dunia baru itu. Tetapi, keduanya sempat berselisih dalam jalur pelayaran yang akan dilalui.

Pada 7 Juni 1449, akhirnya disepakati Perjanjian Tordesillas oleh Spanyol dan Portugis. Perjanjian tersebut berisi tentang dibaginya dunia menjadi dua wilayah kekuasaan untuk Spanyol dan Portugis. Wilayah tersebut dibagi berdasarkan garis yang membentang dari Kutub Selatan ke Kutub Utara.

Penjajahan Spanyol di Indonesia dimulai saat mereka berhasil menginjakkan kakinya di Tidore, Maluku. Saat itu, Spanyol singgah di Maluku setelah berlayar dari Filipina ke arah selatan melewati Kalimantan Utara.

Kedatangan bangsa Spanyol di Indonesia ini disambut baik oleh masyarakat Tidore. Tetapi, mereka justru menjadi ancaman bagi Portugis yang sudah lebih dahulu menduduki wilayah Maluku. Perselisihan antara dua bangsa Eropa itu pun tak dapat dihindari, bahkan keduanya sempat terlibat perang dengan memanfaatkan permusuhan yang terjadi pada kerajaan lokal, Ternate dan Tidore.

Untuk mengakhiri perselisihan tersebut, akhirnya dibuat kesepakatan antara Spanyol dan Portugal melalui sebuah perjanjian bernama perjanjian Saragosa. Dari perjanjian ini, akhirnya Spanyol pergi dari Maluku dan Portugis dapat terus menetap di Maluku. Dengan perginya Spanyol dari Maluku, berakhir juga penjajahan Spanyol di Indonesia.

Itulah tadi pembahasan mengenai penjajahan spanyol di Indonesia. Mulai dari awal mula, tujuan, penyebab, hingga akhirnya Spanyol tiba di Indonesia. Semoga bermanfaat untuk membantu #SahabatTanpaBatas belajar, ya!

Jika kamu ingin mencari berbagai macam buku tentang sejarah, maka bisa mendapatkannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Bagaimana penjajahan Spanyol di Indonesia? Bagaimana awal mulanya Spanyol bisa datang ke Nusantara? Apa tujuan dan penyebab kedatangan Mereka? Informasi di bawah ini akan menjawabnya.

Garis waktu sejarah Indonesia terjadi dalam rentan waktu yang sangat lama dan panjang. Bahkan, sejarah ini dimulai sejak masa prasejarah berdasarkan pada penemuan manusia purba berjenis  Homo Soloensis, Meganthropus Palaeojavanicus, Homo Wajakensis, dan lainnya pada sekitar 500.000 tahun lalu.

Periode waktu dalam sejarah bangsa Indonesia ini juga dapat dibagi menjadi beberapa era. Era tersebut adalah era pra kolonial, era kolonial, era kemerdekaan, era Orde Baru, dan era reformasi. Era pra kolonial adalah suatu era dimana munculnya kerajaan Hindu, Budha, dan Islam yang tersebar di pulau Jawa dan Sumatera karena adanya interaksi lain dari perdagangan yang terjadi pada masing-masing daerah.

Era kolonial adalah era masuknya bangsa Eropa ke Indonesia karena ingin menguasai rempah-rempah sebagai komoditas utama Nusantara. Keinginan orang-orang Eropa yang tinggi terhadap rempah-rempah ini menyebabkan penjajahan pada bangsa pribumi. Diantaranya adalah penjajahan Spanyol di Indonesia dan penjajahan yang dilakukan oleh Belanda selama 3,5 abad lamanya sejak abad ke-17 hingga abad ke-20 masehi.

Era selanjutnya, yaitu era kemerdekaan yang terjadi sejak dibacakannya naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Presiden Soekarno. Sedangan, era Orde Baru adalah masa setelah jatuhnya Presiden Soekarno pada tahun 1966 yang digantikan oleh pemerintahan Presiden Soeharto selama 32 tahun sejak 1966 hingga 1998.

Dan yang terakhir adalah era reformasi yang terjadi setelah jatuhnya Presiden Soeharto dan berlangsung hingga saat ini.

Pada saat era kolonial atau era masuknya bangsa Eropa, banyak orang-orang benua biru yang datang ke Indonesia dengan berbagai tujuan. Mulai dari mencari kekayaan alam hingga menyebarkan agama. Adapun beberapa bangsa Eropa yang datang ke Indonesia, yakni Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis, dan Belanda.

Penjajahan Spanyol di Indonesia ini dimulai sejak kapal dagang Spanyol yang berhasil berlabuh di Maluku pada 8 November 1521 silam. Bangsa Spanyol berhasil masuk ke Nusantara setelah berlayar melalui Filipina, melewati Kalimantan Utara, dan tiba di Tidore.

Saat sampai di Tidore, bangsa Spanyol diterima dengan baik oleh masyarakatnya. Tetapi, karena Portugis telah lebih dahulu sampai di Tidore, mereka pun merasa terancam dengan kehadiran Spanyol dan berujung pada perselisihan dua bangsa Eropa tersebut. Pada akhirnya, Spanyol harus meninggalkan Tidore karena perjanjian yang sebelumnya telah disepakati.

Lantas, bagaimana penjajahan Spanyol di Indonesia yang sebenarnya? Untuk mengetahui penjelasan yang lebih mendalam, simak informasi berikut ini, yuk! Penjajahan Spanyol di Indonesia, awal mula, tiba di Indonesia, penyebab, dan tujuan Spanyol di Indonesia.